Selasa, 13 Maret 2012

Proudly present Ahmad/Natsir of Indonesia: All England 2012 Mixed Double Champion!


Okay, finally I make time to write about what happened in All England 2012 final as my promise. And the only reason why I write this is because I want to make this moment memorable. Where should I start? Hmm…, sebenarnya gue lebih pengen menceritakan dari apa yang gue rasakan ketimbang pertandingan itu sendiri. Sebelum sampai ke pertandingan itu sendiri, gue termasuk orang yang enggan nonton pertandingan badminton. Yep. I was too damn scared! Itu sebabnya kenapa gue tidak mengikuti perkembangan badminton Indonesia selama 10 tahun terakhir. Lalu kenapa gue berhenti? Yep, berhenti, karena sebelumnya gue mengukuti setiap sepak terjang atlet badminton Indonesia selama lebih dari 5 tahun sejak 1996-2002. Alasannya? Bisa baca post gue sebelumnya “’Till then, Hang Tough.”

Tapi harus gue akui, ada harapan besar pada final All England 2012. Besar karena lawan yang harus dihadapi pasangan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir [4] adalah lawan yang bisa ditaklukkan: Thomas Laybourne/Kamila Rytter Juhl [8] dari Denmark. They beat them once, but also lost against them once. Apalagi mengetahui kenyataan bahwa 2 pasangan terkuat China sudah kalah sebelumnya. Harapan besar yang membebani pundak Ahmad/Natsir pasti dirasain sama seluruh pendukung mereka di tanah air & yang menonton di Birmingham. Terlebih gue tidak bisa menyaksikan sepak terjang perjalanan mereka sampai akhirnya ke final karena tidak ada yang menayangkan di TV, sehingga gue nggak bisa mengukur kekuatan mereka. Justru gue menonton Laybourne/Juhl di semifinal. Mereka dengan cemerlang mengalahkan Xu/Ma [2]. Sedangkan lawan Ahmad/Natsir di semifinal mengalahkan Adcock/Bankier [unseeded] yang mengalahkan Zhang/Zhao [1]. Well, karena tidak bisa mengukur kekuatan Ahmad/Natsir tapi mengingat rekor H2H-nya juga seimbang, bikin gue teggang seteggang nunggu sidang tesis. Seriously! I was so freakin’ nervous!

Sempet kepikiran nggak pengen nonton dan milih untuk nunggu hasilnya di Twitter atau internet, but I have to. I have to witnessed this! Seperti gue menyaksikan perjuangan Hendrawan mengalahkan Yong Hock Kin di Piala Thomas 2000, seperti gue menyaksikan Chandra/Tony di Olimpiade 2000, seperti gue menyaksikan Ricky/Rexy di Olimpiade 1996, seperti gue menyaksikan Ahmad/Natsir di Sea Games Jakarta 2011. Gue harus menyaksikan secara langsung Ahmad/Natsir menggoreskan sejarah dengan tinta emas. Akhirnya, gue kuatkan diri gue dan berani menonton. Poin demi poin.

Ahmad/Natsir lebih siap menjadi juara All England 2012

Di awal, poin ketat terjadi karena sepertinya kedua pasangan gugup memulai pertandingan. Gimana enggak? Buat Laybourne/Juhl sendiri, ini adalah kesempatan yang langka hingga bisa sampai ke final. Mereka kalah di final 7 tahun yang lalu dan tahun ini adalah kesempatan mereka untuk meraih gelar tersebut. Sedangkan Natsir? Wew! Ini adalah final ketiganya di All England. Sebelumnya Natsir pernah sampai ke final dua kali bersama Nova Widianto dan gagal. Tentu kesempatan langka ini akan menjadi motivasi sekaligus beban bagi Ahmad/Natsir. So, pertandingan final antara Ahmad/Natsir dan Laybourne/Juhl lebih memperlihatkan pasangan mana yang lebih siap menjadi juara ketimbang membuktikan siapa yang lebih hebat dari segi teknik. Karena dari segi teknik, mereka berdua berada di kelas yang sama.


Fokus pada poin demi poin, bukan pada kemenangan itu sendiri

Beberapa kali smes Ahmad menyangkut di net. Namun sering juga bola-bola Juhl tak sampai diseberangkan karena membentur net. Unforced error juga sering dilakukan pasangan Denmark. Servis Laybourne/Juhl beberapa kali tidak sampai. Bahkan Ahmad/Natsir menutup game 1 karena Juhl gagal menyeberangkan bola saat servis. Well, yang jelas, permainan pasangan Denmark pada saat bertemu Xu/Ma tidak keluar pada saat melawan Ahmad/Natsir. Mereka seperti frustasi menghadapi pasangan Ahmad/Natsir dan gak bisa berbuat banyak. Ahmad/Natsir juga terlihat bermain kurang lepas dan sangat berhati-hati.  Untungnya, Ahmad/Natsir lebih dulu keluar dari ketegangan dan meraih poin demi poin, dari hasil keringat sendiri hingga kesalahan lawan. Pengamatan akurat juga diperlihatkan Ahmad/Natsir. Beberapa kali mereka melepas bola yang memang keluar, terutama saat poin kritis di game 2. Ada beberapa trik yang dilakukan Ahmad/Natsir untuk menggangu ritme dan konsentrasi pemain Denmark antara lain meminta water break beberapa kali hingga menyeka keringat tepat di saat pemain Demnark siap melakukan servis. Bahkan Ahmad sempat ditegur wasit saat melakukan hal tersebut. Well, kurang etis, tapi strategi seperti itu sah-sah aja.

Lalu pada posisi kritis 20-19, smes Ahmad menyebabkan pengembalian pasangan Denmark menjadi sasaran empuk di depan net yang langsung dieksekusi tanpa ampun oleh Natsir. Saat itulah, akhirnya penantian 9 tahun bangsa Indonesia berakhir! I have to say, we deserved All England title this year!

Penantian paceklik gelar All England selama 9 tahun berakhir di sini

Harus gue akui, ada sedikit faktor keberuntungan ketika 2 pasangan terkuat China dikalahkan sampai akhirnya tidak bertemu Ahmad/Natsir. Tapi perjalanan Ahmad/Natsir sendiri tidak bisa dibilang mudah. Di babak pertama, mereka harus menundukkan pasangan Malaysia dalam 3 game. Di babak berikutnya mereka harus berhadapan dengan pasangan China lainnya walaupun bukan unggulan. Tak hanya itu, mereka harus berhadapan dengan pasangan England, Robertson/Wallwork dalam 3 game. Terakhir, mereka harus menundukkan pasangan Malaysia lainnya dengan poin ketat 27-25, 21-16 di semifinal.

Ketika gue menulis ini, gue menyaksikan kembali video pertandingan mereka, so, I have to say that they won because they prepared well and executed it well! Nggak hanya itu, mereka juga menjadi juara karena mental mereka lebih siap dibandingkan lawan-lawan mereka. Jadi, faktor keberuntungan yang gue ungkit sebelumnya itu nggak akan menjadi faktor pendukung kemenangan mereka tetapi hanya akan menjadi sesuatu yang mubazir karena ketidaksiapan fisik & mental.

Selama pertandingan berlangsung, gue kayak orang gila kesurupan, teriak-teriak sendirian di kamar! Teriakan seperti “Come on, Indonesia!”, “Ayooooo!!!”, “Abisiiiiinnnnn!!!!”, hingga “Woooohhhoooooooo!!!!!!!!!” sepertinya bisa bikin orang sekitar mikir gue mo disembelih! Belon lagi gebrakan-gebrakan ke kepala kasur yang super berisik! Entah kapan terakhir kali gue rela berteriak semaksimal itu sampe akhirnya suara gue serak sehabis pertandingan. Belum lagi ekspresi diem teggang melukin guling saat poin kritis, pengen muntah rasanya. Pas menang, tangan gue tepuk tangan sampe sakit, bahu gue ampe kejang ngepalin tangan ke atas berkali-kali. I didn’t care because I was so proud of them!

Foto ini fenomenal banget!

Penantian 33 tahun bagi gelar ganda campuran ndonesia akhirnya usai :)

Congratulation, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir of Indonesia as  All England 2012 Mixed Double Champion! Sure you win today because of hard work, great strategies, great execution and winning attitudes! Proud Indonesian!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar