Senin, 11 Januari 2016

Love is Blind

Semua orang yang pernah jatuh cinta bilang kalau cinta itu buta. Gue masih inget banget Bude gue bilang, 
Kalo lagi jatuh cinta, tai (bisa ber-) rasa (seperti) coklat.
Lalu semua orang yang mendengar tertawa dan setuju dengan pernyataan itu. Saat itu gue masih berusia 20 tahunan dan nggak paham maksud sebenarnya setelah gue merasakannya sendiri.
Tapi itu khan udah 10 tahun lebih ya. Sejalan dengan waktu, seiring bertambahnya umur gue, masalah percintaan tentu nggak jadi masalah besar lagi, yang ada ya masalah-masalah atau cerita tentang hubungan pernikahan. 
Gue merasa beruntung karena bisa menemukan seseorang di usia 20 tahunan & akhirnya memutuskan untuk menikah. Namun ada aja sih beberapa orang yang gue kenal masih juga belum punya seseorang di usia 30-an mereka. Bahkan ada juga yang sudah 40 tahun dan masih belum menikah. 
Ada sih yang memang memutuskan untuk tidak menikah dulu untuk sekarang ini, tetapi sebagian besar mereka ingin segera menikah. Alasannya macem-macem:
  • Karena usia udah nggak muda lagi, terutama yang perempuan, berarti usia produktif untuk bisa punya anak semakin sempit. Semuanya masih ingin mempunyai anak. Bisa aja sih punya anak, tetapi kemungkinan untuk punya anak di atas 35 tahun akan kecil dan beresiko. 
  • Karena keluarga yang mendesak. Kalau yang ini sepertinya paradigma sosial kita yang harus diubah pelan-pelan. Apakah kita harus menikah dan punya anak? Sebenernya sih, keinginan orang tua untuk menikah dan punya cucu kadang lebih besar dari keinginan si anak sendiri. 
  • Nah yang satu lagi alasannya karena merasa itu adalah hal yang harus dilakukan. Bener loh, kadang kita suka mikir gak sih bahwa enggak ada alasan yang kuat untuk tidak menikah, terutama di masyarakat kita. Mau tinggal di kota besar sekali pun, akarnya pasti balik ke, "Kok udah umur sekian belum kawin juga?" atau "Kapan kasih cucu buat Ibu?"
Sebenernya gue nggak mau ngomongin soal kawin nggak kawin. Yang mau gue omomgin di sini justru orang-orang yang belum menikah karena 'pilihan' yang sulit & akan kembali ke topik bahwa cinta itu buta. 
Gue sih punya banyak cerita tentang cinta itu buta, gue pun pernah mengalaminya. Justru karena gue pernah mengalaminya maka gue pikir akan 'mudah' untuk memberikan masukan, penjelasan, arahan kepada seseorang yang sedang di persimpangan jalan kehidupan cintanya. Tsaahh...
Kenyataannya gue salah. Gue pikir semua orang yang pernah merasakan bahwa cinta itu buta akan paham bahwa ketika kita sedang jatuh cinta, tidak satu pun jeleknya pasangan kita akan keliatan, sesering apapun orang-orang terdekat kita menasehati. 
Hubungan yang didasari cinta buta biasanya juga mengandung unsur kekerasan. Kekerasan di sini tidak hanya fisik aja, tetapi juga kekerasan psikis & mental. Bentuknya bisa macem-macem, mulai dari saling mengendalikan, saling tidak menghormati, saling tidak percaya, cemburu berlebihan. 
Di dalam hubungan yang tidak sehat seperti ini, biasanya kita bahkan nggak sadar bahwa kita ada di dalamnya. Yang liat justru orang-orang terdekatnya. Tapi seberapa sering orang-orang terdekatnya ngasih tau, kita juga nggak akan sadar sampai pada satu titik di mana akhirnya kita sadar.
Percayalah, teman-teman kita nggak perlu ada di dalam hubungan tidak sehat itu untuk tau seperti apa hubungan kita. Mereka cukup tau dari cerita dan sikap kita ke mereka. Mereka mungkin terdengar menghakimi, tapi kalo gue di posisi 'temen' & gue nggak peduli, gue juga nggak akan repot-repot ngingetin kok. 
Gue pikir masalah macem begini hanya ada pada saat usia gue 20 tahunan, tapi hal ini justru terjadi pada salah satu temen gue yang bahkan jauh lebih tua dari gue. Recently. 
Gue sampe nggak tau harus ngomong gimana, mengingat biasanya kalo udah di atas 30 tahun, biasanya kita khan mulai settle down in some points, nah, biasanya justru ini yang malah makin susah dikasih tau karena lebih keras kepala. 
Pada akhirnya gue menyerah karena berkali-kali gue bilang sama dia, 
Ini bagian di mana gue udah nggak bisa bantu elo karena gue nggak punya ilmunya. Elo harus ke psikiater, orang yang profesional untuk bantu elo.
I have to admit, I pity him. For all of the things happened in this world, dia cukup beruntung bisa sampai di titik ini, di mana dia punya pekerjaan yang layak, gaya hidup yang layak, dan cewek yang kaya raya. Masalahnya selama ini dia nggak menyadari bahwa ceweknya hanya memanfaatkan dia, for any reasons. Like I said, we've been through this before, we've learnt & finally we moved on. Too bad, for some of them, it is kind of too late. 
Tapi...., mendingan telat sih daripada enggak sama sekali. Karena hidup adalah pilihan, ya pilih yang terbaik. 
Masalahnya yaa nggak semua orang punya kemampuan yang sama untuk bisa memilih yang lebih baik. Nggak semua orang punya kemampuan yang sama untuk membuka diri untuk berubah. Most people choose not to change and expect different results.
Perubahan hanya akan terjadi jika kita berubah. Kalau kita enggak mau berubah & membuka diri, nggak ada siapapun yang bisa membantu kita. 
As a friend, I always be on my friend's side. I might not give the suggestion they need, but sometimes some people need to be punched in their face really hard to realise how stupid/ blind they are. I love to give the bitter truth that might help them faster, but some people needs a bit sugar here and there before the painful bitter & sour truth. 
Pardon my languages, but I always be around. I promise. 

Art Room
2:11 p.m.