Minggu, 19 Juni 2011

It is not a Goodbye



Hmm…, udah lama banget gue nggak nulis di blog ini. Pada akhirnya gue menulis kali ini karena gue nggak mau kenangan ini hilang tanpa jejak sedikit pun. Kenangan yang akan gue bawa seumur hidup.

Pada tanggal 5 Juni 2011, ini adalah salah satu dari 3 tweet yang gue posting:

“It’s gonna be an emotional week ahead :’)”

Nggak terasa ternyata minggu itu adalah minggu terakhir gue bekerja sebelum libur panjang tiba. Rasa kehilangan selalu timbul di minggu terakhir sekolah. Tak hanya rasa kehilangan, namun juga ketidakpastian di tahun ajaran baru dan segala tantangannya.

Tapi tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Empat dari teman dekat gue di sekolah akan mengundurkan diri untuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Mimpi yang mungkin terlalu takut untuk gue kejar namun mereka berani. Nekat tepatnya :D

Tanggal 9 Juni 2011 adalah hari perpisahan formal yang diadakan oleh kepala sekolah. Sejak pagi, gue begitu emosional mengingat mereka akan mengucapkan salam perpisahan di siang hari. Ketika salah satu teman gue meminta gue untuk menandatangi farewell card saat meeting, gue menangis. Yep, menangis di tengah meeting, di saat gue harusnya berkonsentrasi. But I couldn’t help it. I didn’t know why.

Bener ajah, selama acara perpisahan, gue nggak berhenti menangis menyaksikan satu per satu dari mereka mengucapkan salam perpisahan. Tapi sebenernya apa yang gue takutkan dari perpisahan ini?

J misalnya dia bakal tetep ada di Jakarta dan nggak akan jauh kemana. Jeung malah udah jelas bakal ngajar di sekolah apa. Peow? Dia bahkan ngekos di deket rumah gue. Mungkin perpisahan dengan si Coi2 yang membuat gue begitu sedih karena dia akan pindah ke Bali (semoga untuk alasan yang tepat & terbaik)

Lalu gue sedikit demi sedkit menyadari kenapa gue begitu emosional dan takut dengan perpisahan ini karena…gue akan merasa sendirian berjuang sekarang. Am I strong enough?

Ketika gue menangis, gue sendiri. Gogo bahkan jauh dari gue saat itu. Tapi gue melihat dia juga menangis. Entah apa kesedihan terdalamnya melihat 3 teman seangkatannya harus pergi tahun itu.

Sore menjelang malam pas lagi maen badminton, tiba-tiba Gogo pengen ngasi kenang-kenangan ke 4 anak ituh, so…akirnya gue memutuskan untuk bikin scrap in frame yang isinya foto-foto kita selama 3 tahun terakhir. Sebelumnya gue sudah membuat untuk Peow & J karena memang mereka mau ulang tahun. Nah, gimana dengan si Jeung & Coi2? Mau nggak mau gue bikin setelah pulang dari maen badminton & frame-nya nggak bisa beli malam ini karena Peow & Coi2 pulang bareng gue. So?

Pulang dari badminton, dengan sisa tenaga & foto2 yang ada, gue membuat 2 scrap lagi sampai jam setengah 1 pagi. Untungnya ketika mata gue udah sepet, kerjaannya udah beres. Fiuuhh!

Pada tanggal 10 Juni 2011, gue menangis lagi membaca twitter si Peow di mobil:

“Will be missing this morning chat and our silent morning, @arinariane”

Semuanya berubah dan gue nggak suka terlalu banyak perubahan. Tanpa gue sadari kepergian mereka menyebabkan gue menyadari betapa banyak temen-temen gue memaknai hari-hari gue selalu 3 tahun terakhir. Teman-teman yang sejak awal tidak pernah gue bayangkan akan bisa sedekat ini.

Oleh karena itu, untuk pertama kalinya, gue melakukan hal paling ‘nekat’ yang mungkin gue lakukan selama gue bekerja di sekolah itu: ngabur di jam kantor & keseruan pun dimulai *buckle up!

It is a perfect way to wrap up this academic year!

8:30 a.m.

Tiba di kelas dengan perasaan deg-degan karena musti nyiapin 2 frame foto buat Jeung & Coi2. Gue berusaha untuk mengalihkan perhatian si Peow karena dia selalu ada di kelas gue. Tapi untungnya dia pergi buat ngurusin surat-surat. Udah gitu masih ada beberapa foto yang mau diprint karena semalem printer gue kolaps semua.

09:30 a.m.

Tibalah waktunya untuk segera meninggalkan kelas dan meluncur ke Semanggi seperti yang telah direncanakan semalam. Yep. Gue dan Gogo berencana untuk ngabur ke Semanggi untuk membeli 2 buah frame lagi. Harap dicatat bahwa definisi ‘ngabur’ di sini adalah pergi dari sekolah tanpa izin dari atasan. Ngahahahaha! Tak hanya itu, gimana caranya pergi tanpa dicurigai yang lainnya. Akhirnya gue dan Gogo memutuskan untuk cepet-cepet cabut.

Di tengah jalan, Gogo menyadari, “Ini bukannya masih 3 in 1 ya?”

“Joki?”

“Enggak ah, serem!”

Dua detik kemudian, gue pun langsung nyuruh Gogo nelpon bala bantuan,”Agus Leo.”

Untungnya kami masih belum jauh, gue langsung banting setir dan kembali ke sekolah. Tanpa babibu lagi, Agus Leo langsung kita angkut ke Semanggi tanpa dia tau mau dibawa kemana!

10:10 a.m.

Sampailah kami Semanggi setelah dideketin sama joki 3 in 1 dan berasa disuruh setop sama polisi di bawah jemabatan Semanggi serta ‘dipalak’ abang-abang yang bagi-bagi booklet doa-doa. Emang kami udah prediksi kalo tokonya belum buka dan si satpam bilang kalo tokonya buka jam setengah 11.

Karena laper, kami memutuskan untuk makan di kantin Atma dengan menu bakmi ayam bakso, kuetiau rebus dan bihun babi. Nyam! Setelah menjadi intruder di kampus orang, kami pun kembali ke Semanggi dengan harapan toko udah buka tapi ternyata belon, Sodara-sodara!

Akhirnya gue menjogrok seenak jidat di depan tokonya karena kaki udah mulai lecet (salah kostum karena pake jas & sepatu tanpa kaos kaki) sementara Gogo ke Gramedia mencari alternatif. Gue? Mengutuk si mbak-mbak toko, “Ini gimana mo untung jam 11 lewat belon buka!”

Akhirnya setelah semua kebeli, kami balik ke sekolah dan berharap-harap cemas semoga nggak ada yang tau kita ngabur :P

1:30 p.m.

Setelah balik dari kantin untuk makan siang akhir tahun ajaran, gue membereskan semua barang-barang untuk pindahan. Emosi yang gue rasakan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kesedihan untuk meninggalkan kelas yang telah gue tempati selama 1 tahun sepertinya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Gue sama sekali tidak bersemangat untuk pindah, gue bahkan memindahkan barang-barang di hari terakhir dan nggak banyak yang gue bawa. Kehilangan akan anak-anak juga tidak terlalu besar, mungkin karena sebagian dari mereka akan menjadi murid gue lagi di tahun depan.

Tapi gue sedih, kesedihan mendalam yang enggan gue tunjukkan. Sementara teman-teman gue berkeliling untuk berpamitan karena mereka akan mengundurkan diri tahun ini, gue sendirian di kelas ditemenin sama laptop dan lagu dari speaker yang cukup keras, mencoba untuk menenggelamkan kesedihan gue. Bosan dengan laptop, gue beralih ke iPad. Karena emang berencana mencari koneksi wi-fi, gue pindah ke lt. 1 dan duduk di tangga untuk mendapatkan sinyal. Entah karena udah mau liburan atau emang koneksinya bapuk, gue nggak berhasil mendapatkan sinyal di sana. Di tengah kesendirian gue dan mengutuki koneksi wi-fi, gue menerima e-mail perpisahan dari Peow. Sudah bisa diduga, gue menangis lagi membaca imel tersebut. Peow juga menyebutkan nama kami semua sebagai ‘my second family’. Entah apa arti tangisan-tangisan gue sedari kemarin, tapi yang jelas gue sangat kehilangan. Melelahkan memanggul emosi seberat ini tapi gue terus menguatkan diri bahwa ini bukanlah perpisahan. Ya, akan ada yang berubah, namun ini bukan perpisahan. Bukan.

3:30 p.m.

Setelah teman-teman gue kembali dari kelilingan, kami pun bersiap-siap untuk memulai keseruan yang dimulai dari Nanny’s Pavillon Bathroom Pasific Place. Kenapa di PP? Karena si Jeung ketiban rejeki dapet iPod Nano setelah nge-klik ‘like’ di FB dan harus ngambil hadiahnya di La Senza PP. Di sanalah ternyata terjadi percapakan seru yang – sayangnya – tidak gue saksikan sendiri. Adalah Agus Leo yang akan menikah di awal September dan mengingat ‘keortodokan’ kelakuan dan sifatnya, kami sebagai teman penting mengingatkan beberapa hal menjelang pernikahan. Karena percakapan terjadi di depan toko lingerie, maka percakapan pun berkisar malam pertama. Ketika kami menawarkan beberapa lingerie ke Agus Leo, “Ah, ngapain pake lingerie yang bagus-bagus? Ntar juga dilepas.”

Jeung pun menyaut di sambit kemudian oleh Coi2, “Yah, ibarat nasi kuning, yang satu di bentuk tumpengan, yang satu di dalem nasi kotak. Noh, kalo udah kawin setaun dua taun macem si Arin, baru deh celana dalem melar-melar juga nggak papa dipake hari2. Ya khan, Rin?”

Gue mengiyakan namun tidak mengambil bagian dari percakapan. Sepertinya perjalanan Agus Leo menuju malam pertama perlu pengawalan ketat! :D

5:20 p.m.

Ok. Kita masuk Nanny’s setelah puas muter-muter di La Senza. Seperti biasa kita hahahihi tentang kerjaan kantor dan keonyonan orang-orang di dalamnya. Percakapan masuk ke yang lebih serius dan personal. Harus gue akui bahwa berbagi adalah skill yang harus terus dilatih karena berbagi adalah taruhan. Berbagi bukanlah berbagi sesuatu yang sifatnya ngegosipin orang lain di kantor atau ngoceh ngalor-ngidul nggak jelas. Berbagi sesuatu yan personal bukanlah perkara mudah. Sulit bahkan. Dari semua temen-temen gue, Miss J adalah yang paling gampang berbagi sesuatu yang personal. Mungkin dia terlihat pendiam dengan fluktuasi emosi yang stabil, tapi dia adalah orang yang mau berbagi dan pendengar yang baik. Sisanya? Paling2 si Jeung, tapi itu pun jarang karena doi sering menghilang belakangan. Untunglah dia bertemu pria yang sepertinya baik, jadi kelakuannya bener :p

Yep, berbagi sesuatu yang personal mungkin menyakitkan dan sulit tapi bukankah itu gunanya teman? Cara masing-masing kami berbeda mengatasi masalah dan cara kami memberikan masukan pun beda. Mungkin bikin nggak nyaman tapi temen yang baik selalu mengingatkan yang terbaik. Selalu.

Setelah ngalor-ngidul nggak jelas, gue, Gogo dan Agus Leo akhirnya ngasih kejutan yang udah kita siapin dengan segala keterbatasan waktu dan perintilan. I hope you like it! Setelah puas hahahoho di Nanny’s, kita sempetin jalan-jalan dan foto-foto di sekitar PP.

9:20 p.m.

Setelah capek muter-muter, akhirnya kita capcus ke rumah J! Yep! Kita memutuskan untuk nginep di rumah J. Sayangnya Agus Leo & Gogo nggak ikutan. Sepanjang perjalanan gue berdoa semoga nggak kena macet. Sementara J nganterin Agus Leo balik ke Gandaria, gue langsung ke arah rumah J. Alhamdulillah nggak terlalu macet. Tapi justru J yang kejebak macet di mana sampe akhirnya gue, Peow dan Jeung sempet nongkrong dulu di Mc D Cinere lebih dari setengah jam.

Karena udah malem dan gue ngantuk abis, setelah mandi gue menyerah kalah pada ngantuk dan tidur sebelum jam 12 sementara yang lain..entahlah pada ngomongin apaan. Tapi gue sempet denger si Jeung ngomongin gue soal pilihan sepatu ama baju yang so last year! Biarin. Ngok. Si Peow juga sempet kena gebuk sama gue , kayaknya sih gue ngelindur :p

“Wah, kasian banget laki lo tiap malem lo gebukin,” kata si Jeung. Pret!


11 Juni 2011

Besokannya kita berencana untuk nemenin si Coi2 bikin tato. Dia berencana pasanga tato di deket kuping dengan bentuk kunci G. Semoga si treble clef bikin membantu proses penyampaian wejangan ke kupingnya lebih cepat dan lebih baik. Meresap gitu, nggak cuma numpang lewat. Tadinya si Coi2 berencana ke tukang tato di daerah Senopati atau Benhil. Dia juga dapet rekomendasi dari salah satu kolega di Blok M Square. Sepertinya Coi2 pengen bikin yang di daerah Senopati. Maka perjalanan ke tukang tato dimulai.

2:15 p.m.

Setelah sarapan nasi uduk yang nikmat ituh, disadari bahwa perut sudah mulai keroncongan lagi. Si Jeung menyarankan untuk makan sate domba afrika. Yey! Udah lama banget gue pengen nyobain juga. Katanya ada di daerah deket rumah J. So…mekuncurlah kita ke Goyang Domba. Lucu banget poster-poster di warung Goyang Domba (pelesetan Goyang Dombret kayaknya). Ada poster End of Day (??) lengkap dengan domba terbangnya. Juga ada wall of fame dan teryata Alec Baldwin pernah makan di sana! Nyam! Nyam si domba itu. Nggak terlalu mahal, enak walaupun sedikit bau domba. Hehehehe.

3:30 p.m.

Nggak terasa tau-tau dah sore dan kita masih musti nyari-nyari si tukang tato. Setelah muter-muter lewat jalan tikus ngindarin macet, akhirnya ketemulah si tukang tato. Pas kita dateng, ada pelanggan yang lagi di tato di seluruh tangan dan belon beres. Ini pertama kali gue ke tukang tato. Serem? Iyah. Tempatnya remang-remang ber-AC dengan bau rokok. Perpaduan mematikan! Berhubungan perjalanan jauh, taka da salahnya gue numpang buang air kecil alias pipis di sana. Ternyata setelah ditanya, wek! 800rb/ jam! Nego sana sini ternyata nggak dapet juga, akhirnya Coi2 memutuskan untuk ke Blok M Square seperti rekomendasi sebelumnya. Menurut J sayang harus keluar segitu karena tato yang diminta itu nggak rumit dan kecil. Sebelum ke Blok M, kita mampir dulu di toko kue Tivi. Entah kenapa saya cukup terkesan dengan kleponnya. Lho?

5:50 p.m.

J harus balik ke rumah karena ternyata Luna, kucingnya, harus diopname karena nggak mau makan dan minum selama 4 hari. Si Gogo yang nyusul ke rumah J pagi-pagi juga berpisah di toko Tivi karena musti nyambung ke Gading (btw jas gue jangan ampe ilang yee…buat graduation taun depan tuu, eike bakal mejeng di panggung soalnya :D)

Perjalanan diteruskan dengan menyisakan gue, Coi2, Peow dan Jeung. Berbeda dengan tukang tato di Senopati, tukang tato di Blok M ini cuman berupa kios kecil 2x3 m dengan luas yang minimalis. Entahlah apa yang membuat Coi2 akhinya yakin dengan si abang, akhirnya dia memutuskna untuk ditato di sana. Awalnya si Coi2 melebai seperti biasa, bawel ke si abang sampe tangan si Jeung dipegang macam pengen beranak aja. Nggak sampe setengah jam, si kunci G bertengger manis di bawah kuping Coi2. Selamat!

It’s not a goodbye

Setelah semua beres, Jeung dijemput pacar untuk pulang. Gue, Coi2 dan Peow pulang juga balik pulang. Seperti bias ague mengantar si Coi2 ke kosannya. Saat itu gue sadari, itulah terakhir kalinya gue mengantarkannya pulang ke kosan. Gue pun masuk ke kosannya karena Peow berencana pindah ke sana. Gue lihat kamarnya sudah kosong dan barang-barangnya sudah terpak rapi. Itulah juga pertama kalinya gue masuk ke kamar kosannya. Gue masih inget waktu musti jemput dia ke Obonk. Kata ibu kos si Coi2 udah nggak ngekos lagi di situ. Heh? Padahal baru kemarennya gue nganterin dia pulang ke sana. Ibu kos bilang kalo Coi2 dah lama pindah kerja ke Grand Indonesia. Heh?! Nii anak punya kehidupan ganda apa gimana sii?

Pas mo pulang karena nggak berhasil menemui si Coi2, si Ibu nanya lagi, “Ini Patricia yang mana ya?”

Peow jawab, “Itu, Bu, yang tinggal di kamar depan situ.”

“Ooww!! Yenny? Kalo Yenny ada.”

Gubrak!

Sampai di rumah gue pun tidur dalam gelap menunggu laki gue pulang. Ini bukan perpisahan, tapi kenapa gue sedih sekali? Setelah nganter Peow ke kosannya, gue tau kalo gue akan ketemu dia lagi setelah ini, tapi kenapa gue sedih? Entahlah, apa karena setelah gue masuk sekolah lagi gue akan sendirian? Atau karena Peow nggak akan nemenin gue lagi pagi-pagi berangkat sekolah? Atau karena gue akan sendirian pulang ke rumah setelah hamper tiap hari gue mengacau bersama Peow dan Coi2? Atau karena temen-temen gue nggak ada buat ngabur-ngaburan abis jam sekolah? Atau apa?

Pada akhirnya gue bangga dengan temen-temen gue yang pergi dan mengejar mimpi mereka. Bangga karena nggak semua seberani mereka mengambil keputusan besar meninggalkan tempat yang sedikit banyak sudah memberikan kenyamanan pada kami. Nekat tepatnya. Hahahaha.

Thank you for a wonderful friendship for the past 3 years. It is something that I never expected. Before I wonder why this is happen but maybe it is a simple sign that I’m strong enough to face it by myself. All of you truly give me inspirations to spread my wings wider and fly higher because when you can, I also can. Good luck for all of us! Cheers!

19 June 2011

8:50 p.m.

My bedroom