Sabtu, 26 Mei 2018

Thomas & Uber Cup 2018

Thomas Uber Cup 2018  sudah memasuki babak final. Akan ada juara baru karena juara bertahan sudah gugur. Setelah menjadi juara bertahan sebanyak 3x berturut-turut dan menjadi juara terbanyak 14x, China kalah di babak semifinal. Ini adalah prestasi terburuk mereka sejak 1984. 

Antara senang luar biasa karena berarti China tidak lagi mendominasi, namun juga semakin khawatir karena persaingan semakin ketat tapi Indonesia belum juga menunjukkan tanda bahwa kita bahkan punya bahkan satu saja tunggal putri yang sebaik Ratchanok, Akane, atau Sindhu apalagi si nomor satu dunia Tai Tzu Ying. Mungkin yang terdekat sepertinya Gregoria Mariska. 

Untuk ganda putrinya sebenarnya bisa bersaing karena ganda putri kalo menurut gue sih cuma adu tahan aja, beda sama ganda putra yang sekarang sudah masuk ke level yang lebih tinggi dan gila setelah era Ahsan/Hendra dan Lee Yong Dae: era kesetanan angin ribut, The Minons, Marcus/ Kevin. They truly bring men’s double level to whole another new level!

Haruslah gue akui bahwa bermain tim dan individual memang berbeda. Minions bisa jadi memecahkan rekor pemegang juara terbanyak sepanjang tahun, tetapi sejak 2018, kekalahan mereka justru terjadi di pertandingan pertama mereka di Thomas Cup. Konon kabarnya Ihsan 2 bulan masih ngerasa bersalah sejak kalah di pertandingan penentuan final Thomas Cup 2016. 

Bermain di event tim beda magisnya. Misalnya Jonatan Christie yang selalu menyumbang angka di Asia Team Championship padahal dia mau juara SS aja susah bener. Atau Anthony Ginting yang udah 2x juara SS malah kalah terus di Thomas Cup kemarin. Atau Firman Abdul Kholik yang rangkingnya sekarang terjun bebas malah bisa diandalkan jadi tunggal penentu. 

Gue seneng banget liat persaingan badminton sekarang. Dulu, ibaratnya ngapain lah ada kejuaran tim kayak gini, toh China udah pasti menang. Sekarang, siapapun bisa jadi juara. SIAPAPUN. Final hari ini dan besok justru Jepang yang bisa jadi mengawinkan Thomas dan Uber Cup. As if like kalo China bisa juara Uber lagi, gue cuma bisa tepuk tangan malesin. Not because I am upset that we don’t win, but I want to see others to win. 

Prediksi gue di awal, Jepang yang akan bawa Uber Cup. Tapi karena lawan mereka di final adalah Thailand, everything is possible. Either way, we will have a new champion! So excited! Terakhir kali Jepang menjadi juara yaitu tahun 1981, lalu kalah di final dari China tahun 2014. Sebelum 2014, mereka tidak pernah sampai ke final sejak 1981. Sedangkan Thailand lebih gila lagi. Ini kali pertama mereka masuk final! Mereka juga hanya sekali sampai di semifinal pada tahun 2012. Keduanya sama-sama berpeluang karena kedua negara memiliki materi pemain bagus walaupun di atas kertas, pemain Jepang lebih unggul. 

Untuk Thomas, honestly, gue mau Jepang kalahin China di final. Setelah Thomas Cup lepas dari China tahun 2014, untuk menyamakan rekor Indonesia, mereka harus setidaknya juara 4x lagi. Setelah itu Jepang dan Denmark juara. Ini kali pertamanya sejak 2014 China masuk final. Kalau mau mundur sedikit agak jauh, dulu Indonesia seperti China di Uber Cup. We have great singles and double players. As if like siapa yang bisa ngalahin Indonesia sih? Taufik HIdayat, Hendrawan, Joko Suprianto, Heryanto Arbi, Ardi B. Wiranata, Alan Budikusma, Ricky/Rexy, Chandra/Sigit, Chandra/ Tony, Tony/Halim. Ibaratnya, tim Thomas lainnya cuma cari runner-up aja lah. Sama ngeselinnya sama kalo Marcus/Kevin ikut kejuaraan. 

Do I think Japan will beat China tomorrow? I hope so. Di atas kertas, sama seperti final Uber Cup, Jepang dan China sama-sama punya peluang untuk menang. I predict sepertinya semua partai akan main. 

Indonesia? Materi pemain putra kita luar biasa kok. It takes a village to create a great player. Can you imagine what we need to create a great team? Persaingan makin ketat. So what should we do? I don’t know really but if we wan to win, we have to live like a champion. Like Hendra Setiawan, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya, Marcus Fernaldi, Susi Susanti, Hendrawan, Chandra Wijaya, Tony Gunawan. Ya. Seperti mereka. Hidup sebagai juara dan punya mental juara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar