Jumat, 11 April 2014

Pengalaman bersama Garuda Indonesia menuju Perth

Saya selalau tertarik untuk mendatangi tempat baru. Menikmati suasananya, mengagumi ciptaan Tuhan, menambah pengalaman hidup dan suatu hari nanti saya bisa mengajak suami dan anak saya untuk merasakan hal yang sama.

Saya selalu iri dengan orang-orang yang bisa menikmati bepergian. Beberapa teman saya bahkan bepergian hampir setiap ada long weekend. Saya masih menyimpan cita-cita untuk mengunjungi pantai-pantai indah di dunia karena saya suka pantai. Tentu saja saya iri dengan Pandji saat dia punya kesempatan untuk berkeliling Indonesia saat tur stand-up comedy-nya. Apalagi sekarang dia punya kesempatan untuk tur ke beberapa negara, melakukan pekerjaan yang dia sukai dan didanai oleh maskapai penerbangan terbaik Indonesia, Garuda Indonesia.

Saya selalu berencana bepergian atau liburan setidaknya setahun sekali, dua kali kalau beruntung. Tapi mungkin ada baiknya bepergian atau berlibur secara spontan. Maksudnya nggak usah lah ditargetkan macam-macam. Hasilnya, saya berkesempatan untuk terbang ke benua lain dan hanya sebulan melakukan persiapan. Yang membuat saya semakin semangat adalah ketika saya hanya bepergian bersama sepupu saya yang masih SMP. Yep, ini adalah pertama kalinya saya ke luar negeri tanpa orang tua dan membawa sepupu di bawah umur yang menjadi tanggung jawab saya.

Perjalanan itu terjadi bulan Juli 2012, tahun di mana saya akhirnya hamil setelah 4 tahun menikah. Saya baru tahu kalau saya hamil sesudah saya memutuskan untuk bepergian. Harap-harap cemas kalau-kalau dokter tidak menginzinkan saya terbang padahal visa sudah di tangan. Tapi dokter akhirnya mengizinkan saya pergi. Walaupun cemas karena sedang pada trimester pertama di mana saya bisa mual dan pusing kapan saja. Gimana nanti kalo di pesawat malah memperburuk kondisi saya?

Perth, Australia adalah negara tujuan saya berlibur. Alasan mengapa saya memilih ke Perth adalah karena di sana ada tante saya yang tinggal di sana. Selain itu, saya ingin merasakan musim dingin di negara sub-tropis walaupun tidak bersalju. Karena terbatasnya dana, menginap di rumah saudara pasti akan menghemat ongkos tinggal hehehe.

Tadinya saya ingin menggunakan maskapai lain namun akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih Garuda Indonesia. Pertama, karena saya bisa berangkat di pagi hari (sedangkan maskapai lain tidak mempunyai pilihan tersebut saat itu). Saya suka berangkat pagi supaya saya lebih punya banyak waktu di tempat tujuan dan orang yang akan menjemput saya tidak akan kerepotan menjemput (kalau-kalau saya naik pesawat dengan jadwal mendarat di tengah malam atau pagi buta). Kedua, saya tahu bahwa harga tiket yang saya bayar sudah termasuk bagasi dan makan siang. Saya selalu senang dengan makanan yang disajikan Garuda Indonesia. Pilihannya beragam dan tidak pernah sama setiap kali saya terbang. Karena saya sempat transit di Bali, jadi saya dapat 4 kali makan di pesawat PP. Ketiga, di dalam pesawat disediakan fasilitas televisi dan pilihan acara atau film yang bisa ditonton. Tak hanya film tetapi juga pilihan musik. Jadi perjalanan selama lebih dari 5 jam tidak terlalu terasa.

Sesampainya di Perth, saya disuguhi suhu yang cukup dingin. Karena baru pertama kali datang di musim dingin, begitu menginjakkan kaki di bandara saya pikir, “Ah, segini mah nggak dingin lah.” Tapi begitu keluar dari bandara, BRRRR!!!! Tau rasanya kayak apa? Kayak ada AC di luar ruangan! Kalau tidak salah, suhu saat itu sekitar 23-25 derajat. Buat yang sudah terbiasa mungkin tidak masalah, tapi buat saya yaa dingin banget!

Begitu keluar dari bandara, saya terkesan dengan betapa rapinya kota Perth ditata. Rumah-rumah, fasilitas umum, trotoar, toko-toko. Yang selalu saya suka selepasnya dari Jakarta adalah jelas tempat lain yang  tidak semacet Jakarta. Sama halnya dengan Perth, saya tidak menemukan kemacetan sekali pun.  

Bepergian melihat tempat lain membuka mata saya untuk menjadi lebih baik. Jakarta terhitung kota yang modern dibandingkan kota-kota di Indonesia lainnya. Tetapi jelas jauh tertinggal dari kota-kota di negara lain. Contoh gampangnya saja masalah memfasilitasi masyarakat difabel. Salah satu bit Pandji di Mesakke Bangsaku adalah bahwa pemerintah kita belum memfasilitasi masyarakat difabel. Hampir tidak mungkin masyarakat difabel di Indonesia bisa bepergian secara independen karena fasilitas publik tidak mendukung. Di Perth, fasilitas publik mendukung masyarakat difabelnya untuk bisa bepergian secara mandiri mulai dari trotoar yang luas, tempat khusus di kereta sampai lift khusus di pertokoan.

Belum lagi keterbukaan mereka terhadap kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual & Transgender). Saya baru tahu kalau di sebuah bar atau tempat dengan tanda pelangi itu artinya adalah bar khusus kaum LGBT. Saya mengetahui setelah saya mengunjungi Perth. Saya bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalau tanda pelangi tersebut di pasang di luar restoran di Indonesia.

Layanan kereta listriknya pun juga mempermudah saya bepergian ke beberapa titik di Australia Barat. Beberapa tempat yang saya kunjungi seperti Fremantle dan Mandurah cukup di tempuh hanya dalam 1 jam. Tak hanya dengan kereta listrik, kita juga bisa naik kapal pesiar sambil makan menuju Fremantle. Hanya dengan membayar $25, kita bisa menikmati pemandangan sekitar Perth selama 45 menit. Sesampai di Fremantle, jangan lupa untuk mencicipi fish and chip di pinggir laut. Banyak restoran yang menjual fish and chip serta hidangan laut lainnya. Porsi makanan di sana cukup besar, jadi yang terbiasa makan dengan porsi berdua bisa sharing.  

Fremantle adalah kota di pinggir pantai. Udaranya akan lebih dingin dibandingkan Perth yang di tengah kota saat musim dingin. Jadi bawalah pakaian tebal sebanyak mungkin. Selain makanan lautnya, Fremantle juga melestarikan bangunan-bangunan tuanya. Sekalipun tua tetapi tidak terlihat usang. Saya juga berkesempatan untuk mendatangi pasarnya yang di dalam ruang, ber-AC dan bersih. Mereka menjual makanan, pakaian, suvenir. Berbelanjalah buah-buahan di sana. Selain buahnya segar dan besar-besar, juga manis dan cukup murah.

Saya juga menyempatkan diri untuk mengungjungi Perth Zoo. Lagi-lagi saya terkesan dengan transportasi umumnya. Dari tempat saya tinggal di Riversdale, saya berjalan kaki menuju stasiun Burswood. Dari sana saya turun di City (tengah kota Perth) dan meneruskan perjalanan dengan bus menuju pelabuhan kapal ferry. Menyeberangi sungai, akhirnya saya sampai ke seberang di mana Perth Zoo terletak.

Sesampainya di kebun binatang, saya perlu membayar $22,50 di hari kerja. Koleksi binatangnya pun cukup beragam. Saya tidak sempat memutari keseluruhan tempat karena sudah sore akhirnya saya hanya mengunjungi tempat binatang khas Australia seperti kangguru dan koala. Kangguru di sana dilepaskan begitu saja, kadang si kangguru berdiri di jalan setapak. Saya juga sempat mengunjungi kolam berisi pelikan.

Selain itu saya juga sempat mengunjungi Mandurah. Salah satu area yang dapat ditempuh 1 jam dengan kereta listrik dari Perth. Di sana saya sempat mencicipi es krim seharga $ 4.5 lengkap dengan sprinkle-nya. Satu hal yang ada di benak saya saat itu, “Kenapa nggak nambah soalnya enak banget!” Hehehehe.

Buat yang suka belanja, ada mal Belmont Forum di Perth yang bisa dicapai dengan bus. Ada hypermart yang menjual bermacam-macam coklat dengan beragam ukuran. Juga toko pakaian Supre yang menjual pakaian jadi dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu juga bisa ke pusat pertokoan City, di mana banyak toko yang dibuka. Jangan lupa mampir ke toko suvenirnya untuk oleh-oleh. Mampirlah juga ke toko yang menjual boot musim dingin yang hangat jika dipakai. Salah satu merk yang terkenal di sana adalah UGGS.

Perth adalah kota yang bersih dan indah. Ingin sekali kota tempat saya tinggal juga serapi dan sebersih itu. Ini mimpi tetapi saya rasa masyarakat Indonesia berhak mendapatkan kualitas hidup yang lebih layak. Mudah-mudahan saja, kalau bukan saya yang menikmati, maka anak cucu saya yang akan menikmati Indonesia yang lebih baik. 

Mengikuti perjalanan karir Pandji seperti memberikan harapan bahwa tidak hanya saya sendiri saja yang punya mimpi yang tinggi. Bahwa jika kita konsisten dan bekerja keras, bukan tidak mungkin mimpi menjadi kenyataan. Banyak pula bit-bit Pandji di Mesakke Bangsaku yang mengelitik saya. Ingin rasanya lari ke panggung dan tos-an sama Pandji karena banyak hal yang selama ini ada di benak saya namun tidak saya sampaikan karena takut dibilang idealis, disampaikan Pandji dengan cara terbaik: lucu. Belum lagi ketika Pandji mengungkit soal pendidikan di Indonesia, saya langsung tertegun dan merefleksi diri, "Did I do that to my students?" Shoot. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk menjadi guru yang lebih baik. Saat closing speech, saya terharu. Saya tahu persis perjuangannya untuk bisa sampai di sana. Tidak mudah tetapi bukan berarti tidak mungkin. 

Perjalanan ke Perth adalah salah satu perjalanan favorit saya. Dengan Garuda Indonesia sebagai maskapainya, saya merasa aman bepergian serta terhibur dengan pilihan makanan dan hiburannya. Semoga saya diberikan kesempatan untuk terbang lagi bersama Garuda Indonesia melihat tempat-tempat indah lainnya.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar