Adalah keharusan bagi gue untuk menulis ini karena udah seminggu ini gue kayak orang gila: cengengesan sendiri di depan laptop dan hape. Sebenernya sih udah dari 2 minggu lalu pengen nulis, tapi ya itu, masih cengengesan sendiri sama halu-halu gak jelas. Gue tuh nggak pernah minum ya, apalagi mabok, jadi apa iya ini rasanya celeng?
Akhir bulan Mei, ketika gue udah patah arang mengikuti perkembangan betminten yang tercinta dan setelah gue memutuskan tv kabel gue, lalu tiba-tiba putaran final Thomas Cup mulai. Haiiissshhh!! Kenapa pas gue mutusin tv kabel gue?? Tapi percuma juga sih gue punya tv kabel secara nyali gue tipis banget untuk nonton pertandingan langsung di tivi. Nonton rekaman di Youtube aja masih perlu tangki oksigen biar nggak terpengsan-pengsan.
Pada saat tau line-up pemain Indonesia adalah dedek-dedek gemes yang bikin kejutan di putaran kualifikasi zona Asia yang akhirnya juara tuuhhh, jantung gue makin melorot. Ya kualifikasi aja jatoh bangun begitu, ini masuk putaran final bagaimana?
Lalu kemudian gue mulai terbawa nostalgia dengan nonton rekaman di Youtube pas Sea Games 2015 & semifinal dan final kualifikasi. Antara haru dan deg-degan, mungkin inilah saatnya kita bisa mengembalikan piala Thomas yang sudah 14 tahun lepas dari tangan kita. Gila, 14 tahun itu ibarat dari lahir sekarang anaknya udah masuk SMP kelas 2! Lama loh itu! Sambil siap-siap pake seragam biru, eh loh, maksudnya usaha untuk nyambungin tivi kabel gue, akhirnya gue bisa nonton siaran langsungnya di tivi kabel.
|
Tim Beregu Putra Indonesia mempertahankan tradisi emas di Sea Games 2015 |
|
Tunggal Putra Muda Indonesia Sea Games 2015: Jonatan, Ihsan, Firman & Anthony |
|
Jonatan, Ihsan & Anthony di Badminton Asia Team Championship (Kualifikasi Zona Asia Thomas Cup) 2016 |
Komposisi pemain tahun ini berimbang antara senior dan junior. Masih ada Hendra Setiawan sebagai kapten tim tahun ini, ditemani M. Ahsan. Terus ada juga yang harusnya udah bisa gantiin Ahsan/Hendra tapi akhir-akhir ini turun pretasinya: Angga Pratama/ Ricky Karanda Suwardi. Lalu pelapisnya Kevin Sanjaya/Gideon Marcus. Dua pasang terakhir ini terakhir kali menjuarai Sea Games 2015. Keduanya masuk final. Yang diharap langsung melapisi Ahsan/Hendra malah kalah sama juniornya di 2 superseries: India & Australia Open 2016.
Dari tunggalnya, seniornya hanya Tommy Sugiarto. Katanya sih dipanggil untuk memperkuat tim setelah tidak lagi di pelatnas. Sisanya? Nah ini dia yang bikin gue senyum-senyum nggak jelas: Jonatan Christie (18), Anthony Sinisuka Ginting (19) & Ihsan Maulana Mustofa (20). Setelah bertahun-tahun pemain tunggal putra kita hidup segan mati tak mau prestasinya, akhirnya gue bisa menumbuhkan harapan baru dari tiga dedek-dedek ini.
Sejak Piala Sudirman sebenernya nama-nama ini mulai muncul ke permukaan. Waktu liat line-up Piala Sudirman 2015, ada nama Jonatan Christie & Firman Abdul Kholik (18), gue mikir, “Siapa ini anak-anak?”. Apalagi Firman pas lawan Jan O Jorgensen, alahmaaakkk, badannya kebanting banget! Waktu itu mereka berdua masih 17 tahun. Gila! Dua anak 17 tahun dipasang di perhelatan sebesar Piala Sudirman! Event ini juga loh yang jadi event internasional pertama mereka. Hebatnya lagi, Jojo berhasil menyumbangkan 1 poin pas melawan Taipe. Lalu gue pun mikir, “Lah ini tunggal kita yang senior tuh sapa aja yah?” Aselik gue sampe nggak inget (kalian inget nggak siapa hayo?)
Setelah Sudirman Cup 2015, nama Jojo muncul lagi di Indonesia Open 2015 tapi kali ini Jonatan enggak sendirian, tiba-tiba ada nama Anthony Ginting yang melaju dari babak kualifikasi sampai akhirnya kalah di babak perempat final. Sebelum sampai ke babak perempat final, mereka sempet ngalahin pemain-pemain senior & unggulan sebelum akhirnya Jojo kalah sama Jan O Jorgensen & Anthony kalah sama Kento Momota.
Lalu ada Sea Games 2015 di mana muncul nama Ihsan Maulana Mustofa yang berhasil menggenapkan kemenangan di semifinal dan final beregu putra setelah kedudukan sama kuat. Nggak cuma itu, Ihsan bahkan sempat ketinggalan 14-20 atas Malaysia sebelum akhirnya memenangkan set 2 dengan skor 22-20 & memastikan Indonesia melaju ke final. Di final, Ihsan juga berhasil mengalahkan Thailand dengan pertarungan rubber set. Sayangnya di nomor perorangan, justru Malaysia yang menempatkan All Malaysian Final, Jojo dan Firman kalah di perempat final.
Setelah Sea Games, gue nggak ngikutin perkembangan secara intens sih. Hanya Anthony Ginting yang berhasil melaju sampai di semifinal Hongkong Open SS 2015. Sisanya rontok di babak awal. Lalu di awal 2016, Jojo juga berhasil melaju hingga ke babak semifinal Malaysia Open 2016. Karena rangking junior Jojo lebih baik dari yang lainnya, itu sebabnya mengapa rangkingnya paling tinggi dibanding teman-temannya.
Sea Games adalah modal awal bagi tim putra menuju Thomas Cup 2016. Di babak kualifikasi zona grup Asia pada Februari 2016, datang sebagai non-unggulan, Indonesia berhasil mengalahkan juara bertahan Thomas Cup 2014, Jepang, dalam pertarungan 5 partai. Jojo yang waktu itu berhasil menutup rubber game & memastikan kemenangan. Tapi kunci kemenangan kita sebenernya sih pada saat Anthony Ginting berhasil mengalahkan Sho Sasaki sebagai tunggal kedua. Sempet kaget juga sih Indonesia bisa menang babak kualifikasi Asia, karena yang turun bener-bener pemain muda semua.
Sampai akhirnya Thomas Cup 2016, gue lagi-lagi enggak terlalu mengikuti perkembangan dedek-dedek gemes ini. Kenapa? Karena sampai terakhir All England, mereka semua rontok di babak awal. Apa iya mereka cuma bisanya ‘keroyokan’ ya? Hehe.
Pada saat perhelatan Thomas Cup, gue merasa mereka sudah lebih siap karena sudah beberapa kali dikirim ke turnamen tingkat SS & SSP dan kejuaraan beregu. Ada rasa optimis namun juga siap kalah. Setiap partai gue ikuti dengan persiapan tangki oksigen. Di setiap babak, masih ada kombinasi antara pemain senior dan junior di partai tunggal hingga akhirnya ketika melawan Korea di semifinal, Indonesia menurunkan Jonatan, Anthony & Ihsan.
Sebelum sampai ke semifinal, perjalanan kita bisa dibilang bikin deg-degan. Kalo yang lepas itu partai tunggal sih gue masih maklum, lah ini, sebelum ketemu jagoan ganda Korea, Ahsan/Hendra kalah dari ganda Hong Kong! Gandanya juga yang gue nggak pernah denger namanya. Amsiyong nggak tuh?! Untungnya, Jonatan berhasil mengamankan tunggal kedua dengan pertarungan 3 set sehingga ganda kedua bisa memastikan kemenangan kita menuju semifinal.
Menunggu lawan di semifinal, ada China vs Korea. Gue berharap kita akan ketemu Korea sih walaupun nggak bisa dibilang pasti menang. Tapi opsi lebih terbuka ketika kita bertemu Korea daripada China. Inilah titik di mana Chen Long yang sampai paruh tahun 2016 belum menjuarai satu pun turnamen menyerah kalah atas So Wan Ho, tunggal pertama Korea. Another surprise juga sebenernya ketika Lee/Yoo juga berhasil mengalahkan Fu/Zhang dengan pertarungan macam di final Olimpiade. Hidup matik! Tapi memang Chen Long yang harus mengamankan tunggal pertama. Walaupun Lin Dan menang di tunggal kedua, kemungkinan ganda Kim/Kim menang lebih besar daripada ganda China. Betul saja, Korea yang akhirnya bertemu dengan Indonesia di semifinal. Maybe this is a sign that we can win the cup this year!
Semifinal melawan Korea tidaklah mudah. Namun keberanian manager tim menurunkan Jonatan, Anthony & Ihsan sebagai tunggal adalah sebuah kepercayaan yang luar biasa. Setelah mengalahkan Chen Long, So Wan Ho terus menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan mengalahkan Jonatan di tunggal pertama. Tunggal pertama lepas, ganda pertama jadi nggak tentu mengingat performa Ahsan/Hendra sebelumnya. But this is what I try to believe, maybe they will win a match if it is really necessary. Entah karena sebelumnya habis-habisan melawan Fu/Zhang, Ahsan/Hendra menang relatif mudah melawan Lee/Yoo. Sepertinya Lee/Yoo yang kemarin bermain bukan orang yang sama. Mungkin karena Ahsan/Hendra nggak ngasi kesempatan untuk menekan dan adu keras.
Setelah Ahsan/Hendra menang, gue lebih optimis walaupun deg-degan juga karena ganda kedua belum tentu aman. Tapi sekarang siapa yang akan curi 1 angka di tunggal? Setelah sempet ketinggalan di awal set 1, Anthony berhasil menutup set dengan kemenangan. Set kedua lebih ketat tapi akhirnya juga berhasil ditutup dengan 21-18; 21-18. I have a good feeling, Anthony will take the single point and he did!
Ganda kedua, Angga/Ricky akan menentukan apakah Indonesia bisa melaju ke babak final atau tunggal ketiga akan dimainkan jika kalah. Di set pertama, mereka menang dengan cukup mudah, 21-15. Namun set kedua sempet bikin jantungan karena udah unggul 19-11 sempet kekejar 19-16 walaupun akhirnya bisa menutup dengan 21-18. Siapa sangka kita bisa sampai ke final?!
Menunggu lawan juga merupakan hal yang bikin deg-degan. Malaysia vs Denmark di pool sebelah harus mati-matian untuk bisa melaju ke final. Keliatannya sih Malaysia yang akan ketemu kita di final karena mereka unggul 2-0 sebelum akhirnya kedudukan berbalik menjadi 2-2. Gue pikir sih juga Malaysia yang akan ke final. Mereka punya Lee Chong Wei. Gue juga liat tunggal putra mereka main bagus di Sea Games. Matik juga nih kalo ketemu sama dedek-dedek gemes di final. Ganda-gandanya juga bagus.
Nah sedangkan Denmark sebenernya bagus juga. Setelah China kalah, Denmark adalah negara yang berpeluang menang. Ketiga tunggalnya sedang di atas, ya, ketiganya, dibanding negara-negara lain: Viktor Axelsen, Jan O Jorgensen & Vittinghus. Dua gandanya bisa aja sih colong-colong indah. Bisa aja. Buktinya mereka berhasil mengalahkan ganda kedua Malaysia, Koo/Tan. Yang menarik justru ketika Jan O Jorgensen nggak turun di semifinal. Justru Vittinghus yang naik jadi tunggal ke dua & Emil Holst sebagai tunggal ketiga. Guess what? Emil Holst won against Chong Wei Feng! Entah siapa Emil Holst ini tapi gue nggak pernah denger namanya. He’s the hero of the night. Denmark goes to final & will meet Indonesia!
Ngeri-ngeri sedep pada putaran final, Indonesia tidak menurunkan Jonatan Christie melainkan Tommy Sugiarto, Anthony Ginting & Ihsan Maulana Mustofa. Macam coro nggak bernyali, gue lemes nonton partai pertama melawan Viktor Axelsen. Alhasil gue nggak berani nonton partai Ahsan/Hendra yang akhirnya dimenangkan Indonesia & kedudukan jadi 1-1. Belum pulih sepenuhnya dari cedera, Jan O tampil baik melawan Anthony. Kedudukan akhirnya disamakan oleh Angga/Ricky menjadi 2-2. Partai ketiga adalah partai hidup mati keduanya. Dengan kedudukan sama, gue yakin kemampuan pun sebenarnya sama, Ihsan menyerah atas Vittinghus dengan straight set.
Terlihat sekali pemain tunggal kita bermain di bawah performa terbaik mereka. Keinginan untuk menang setelah 14 tahun lepas & keriuhan final, ternyata masih terlalu berat untuk dikalahkan. Denmark berhak menjadi juara untuk pertama kali karena mereka lebih siap.
Pada saat upacara penyerahan medali, gue melihat raut wajah mereka begitu kecewa. Bibir Jonatan manyun seada-adanya, Ihsan keliatan abis nangis, suram muka mereka semuanya. Hendra pun memaksakan diri untuk tersenyum. Sang Kapten dengan gelar individual yang sudah lengkap belum berkesempatan mengangkat piala Thomas untuk yang kesekian kalinya. Ada rasa nggak enak dari junior mengingat ini bisa jadi kejuaraan Thomas terakhir Hendra. Namun Hendra dengan bijaksana mengatakan, “Dengan atau tanpa saya, tim Thomas akan jauh lebih baik di kemudian hari.” Ya nggak semua bisa kayak Taufik Hidayat & Lin Dan ya. Lee Chong Wei & Lee Yong Dae aja belum pernah angkat piala Thomas juga loh.
|
Runner Up: Thomas Cup Indonesia 2016 |
Gue pun merasa bahwa memang belum saatnya Indonesia menang. Sea Games & Badminton Asia Cup sebenernya cukup untuk menjadikan booster di Thomas Cup, tapi memang kita belum siap. Belum saatnya. Gue merasa mereka harus balik lagi ke kandang dan terus berlatih. Fisik, skill, mental, semuanya. Gue yakin kok proses yang panjang & keras nggak akan mengingkari hasilnya. Yakin.
Di tengah perhelatan Thomas 2016, ada 1 nama yang gue cari-cari nggak ada dan hampir aja gue lupa, macam ada 1 orang yang biasanya ada bersama dedek-dedek gemes lainnya: kemana Firman? It used to be four of them: Jonatan, Firman, Ihsan & Anthony. Ternyata sejak babak kualifikasi zona Asia, Firman sudah tidak bergabung dengan tim. Peringkatnya yang sudah di 50 besar, saat ini melorot hinggal 116. Ada apa dengan Firman? Apa iya hanya karena cedera? Akhirnya sejak awal tahun 2016, Jonatan, Anthony & Ihsan diplot untuk bermain di SS & SSP. Mereka menjadi pemain senior di pelatnas. Sedangkan Firman, yang seumur dengan Jonatan, masih harus bersama junior lainnya yang akan bertarung di level GP & GPG. Gue berharap dia bisa nyusul ketiga temannya untuk ke SS & SSP. Mereka bertiga juga awalnya dari bawah sampai akhirnya sekarang bisa masuk 20 besar.
|
Firman Abdul Kholik (18) |
|
Firman saat dikalahkan Jonatan di kualifikasi Indonesia Open 2015. Jonatan melaju hingga babak perempat final. |
Terbaru, Ihsan berhasil menyusul Jonatan & Anthony ke semifinal SS di Indonesia Open 2016. Anthony berhasil masuk semifinal SS keduanya di Australia Open 2016 setelah mengalahkan Chen Long di perempat final. Jonatan mengulang hingga perempat final di Indonesia Open 2016, sama seperti tahun sebelumnya. Dia kembali kalah oleh Jan O Jorgensen. Tahun ini terlihat lebih baik namun harus banyak latihan lagi & makin banyak ketemu pemain top. Sebelum sampai ke perempat final, Jonatan akhirnya berhasil mengalahkan idolanya, Lin Dan, dengan skor meyakinkan 21-12; 21-12. Sebuah pencapaian luar biasa.
|
Jonatan Christie (18) |
|
Anthony Sinisuka Ginting (20) |
|
Ihsan Maulana Mustofa (20) |
Pada akhirnya, mungkin ada titik terang di sektor tunggal putra. Tidak hanya satu tetapi tiga pemain yang pada akhirnya gue harap bisa mempertahankan pace dan terus meningkatkannya.
Bukan nggak mungkin mereka akan jadi Top 3, menguasai semifinal & final SS & SSP, memenangkan piala Thomas dan mengembalikan tradisi emas, perak & perunggu di Olimpiade. Terlalu beratkah beban untuk mereka? Gue rasa sih enggak karena kalo gue memutuskan untuk jadi atlet nasional sampe akhirnya masuk pelatnas, itu akan jadi tujuan gue. Gue tau persis nggak gampang untuk bisa sampai di titik ini. Mereka nggak sekonyong-konyong masuk pelatnas kemarin sore tapi mereka udah berlatih sejak kecil. Waktu & tenaga yang dikorbankan akan percuma kalo nggak terus maju.
I wish you all good luck. Maybe there is a hope. Oh, I mean finally.
Selasa, 14 Juni 2016
09:09 a.m.
Art Room