*This is a sensitive topic. Hopefully, you're open-minded enough to read this. Happy reading!
Seperti Natal sebelumnya, selalu ada saja wacana muncul
tentang tidak bolehnya umat Muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat yang
merayakan. Sebelumnya gue nggak pernah
tau tentang tidak bolehnya umat Muslim mengucapkan selamat sampai akhirnya
seorang guru agama SD menyampaikan hal tersebut. Perlu dicatat bahwa guru agama
ini adalah satu-satunya guru agama yang paling gue hormati sepanjang perjalanan
pendidikan formal gue. Guru agama lainnya hanya mengajarkan doktrin dan masalah
teknis tetapi tidak mencerminkannya di kehidupan sehari-hari. Tipikal. Jadi,
setelah 11 tahun mengucapkan Selamat Natal kepada beberapa saudara yang menganut
Kristen, gue pun terkejut. Mengucapkan Selamat Natal itu dosa. Nggak boleh.
Sebelum gue cerita lebih jauh, gue mau cerita latar belakang
keluarga besar gue yang beberapa merayakan Natal. Adalah beberapa tante gue
yang menikah dengan seorang Kristen yang menjadikan gue selalu ‘merayakan’
Natal setiap tahunnya (bahkan sehabis nulis ini, gue akan ke rumahnya merayakan
Natal). Bahkan gue pernah beberapa tahun tinggal dengan salah satu tante gue
dan ikut ngebantuin pasang pohon Natal. Nggak hanya itu, selama 5 tahun gue
disekolahkan di sekolah Katholik sehingga gue akrab sekali dengan ritual Natal.
Ketika gue pindah ke SD lain saat kelas 5, inilah fakta yang
akhirnya gue ketahui, mengucapkan Selamat Natal itu dosa. Terus gue musti
gimana dong? Gimana kalo ada temen gue yang Natalan? Gimana dengan sodara-sodara gue? Masa’ gue nggak dateng ke Natalan mereka? Untungnya mereka
paham dengan ‘kondisi’ gue yang dosa mengucapkan selamat Natal. Selama bertahun-tahun,
gue harus menghadapi fakta bahwa berdosa mengucapkan Selamat Natal. Di satu
sisi, sebagai ABG yang tumbuh dengan kondisi keluarga gue dan doktrinasi
seperti ini, gue bingung & resah luar biasa. Ada yang salah nggak sih? Kalo emang harus begitu, seharusnya tidak meresahkan dan membingungkan. Seharusnya keyakinan tidak meresahkan, tetapi mendamaikan hati. Ini tidak. Gue resah.
Di satu sisi, gue merasa ‘nggak terima’ dengan doktrin ini
karena nggak ada yang salah dengan hanya mengucapkan. Ini khan bagian dari
silahturahmi yang harus dijaga. Menjalin silahturahmi adalah salah satu nilai
Islam tapi di sisi lain mengetahui ini adalah ‘dosa’ sangat mengusik batin gue.
Honestly, ‘till now. Belum lagi ada aja beberapa kenalan atau temen yang terus ‘mengingatkan’
soal ‘dosa’ ini di status FB atau Twitter mereka. Salah satunya, “Toleransi
boleh, tapi jangan sampai meninggalkan akidah. Dengan dalil toleransi, dia
meninggalkan akidahnya. Banyak yang ga tau ilmunya.” Yep, dan statusnya di-“like”
beberapa orang dalam hitungan menit. Well, kurang paham apa maksud dari 'ilmu' di
sini, hanya gue menekankan, kalo mencoba membuat pernyataan, harusnya jangan
setengah-setengah, ibaratnya macam #nomention. Belon lagi isi
ceramah shalat Jum’at minggu ini yang isinya, “Boleh menolong non-muslim yang
kesulitan, tapi ketika natalan, jangan mengucapkan selamat natal.” Yep, pas
shalat Jum’at, di mana corong mesjid yang nyaringnya tak terbantahkan, di
dengar oleh seluruh orang kompleks yang jelas-jelas banyak orang non-muslim
tinggal di kompleks gue.
Untuk jelasnya, mungkin yang dia maksud ilmu di sini adalah
alasan kenapa Muslim dilarang mengucapkan Selamat Natal. Begini loh, jadi yang
gue tahu adalah perayaan Natal itu khan untuk memperingati hari lahirnya Tuhan
Yesus, Tuhan umat Kristen. Nah, kalo orang Muslim mengucapkan Selamat Natal,
itu artinya sebagai Muslim, gue mengamini kelahiran Tuhan Yesus. Artinya gue
sebagai Muslim menyekutukan Tuhan gue, Allah SWT, yang artinya lagi itu dosa
tertinggi dari semua dosa yang mungkin dilakukan orang Muslim: menyekutukan
Allah SWT. Ini dosa besar sekali! Oke, mengimani Tuhan selain Allah SWT itu
emang dosa besar tapi apakah dengan mengucapkan Selamat Natal terus gue jadi
mengamini adanya Tuhan selain Allah SWT? Please, sebelum emosi, hold that
thought. Thanks. (gue yakin temen-temen Muslim pada kebakaran jenggot baca
tulisan gue :p)
Yang mau gue sampaikan di sini bukanlah beradu argumen
tentang apakah ini dosa atau bisa dinegosiasikan lagi. Nope. Not at all. Mengingat
kita tinggal di Republik Indonesia yang mengakui setidaknya 5 keyakinan,
bukankah sudah sepatutnya gue juga punya hak untuk menyampaikan pendapat gue
soal ini? Gue nggak masalah sejuta umat Muslim bilang gue pendosa dengan
mengucapkan Selamat Natal ke seluruh teman dan keluarga gue yang merayakan, tapi jangan paksa gue untuk mengubah
keyakinan gue bahwa hanya dengan mengucapkan Selamat Natal artinya gue
menyekutukan Tuhan gue, Allah SWT. Iman gue enggak sedangkal itu.
Iman. Itu milik hati. Gue paling nggak suka jika keyakinan
gue diusik, dipertanyakan, diragukan. Stop right there. Keyakinan gue itu
adalah urusan gue dengan Tuhan gue. Hubungan paling romantis gue dengan Allah
SWT dan nggak seorang pun boleh mengusiknya. Cukup deh kayaknya doktrin yang
gue terima seumur hidup gue dari pelajaran di sekolah sampe les ngaji gue soal
surga-neraka, pahala-dosa. Apalagi ngeliat banyak banget penyiar agama yang jadi
artis nggak karuan. Partai-partai berbasis agama yang jatoh-jatohnya korup juga.
Stop right there, Arin. Konteks lo melebar.
Christmas Celebration 2008 |
Gue ini penuh dosa menurut konteks Islam yang selama ini gue
pelajari seumur hidup gue. Gue males shalat, puasa Ramadhan banyak bolong,
nggak pernah baca Qur’an, dan terakhir gue mengucapkan Selamat Natal kepada
teman-teman & kerabat Kristen gue. Lengkap sudah. Hanya saja, gue berserah
sama Allah SWT. Terserah mau dibawa gue ke mana nanti matinya gue,
mudah-mudahan mati dalam keadaan baik. Namun syukur paling tinggi gue panjatkan
ke Allah SWT karena sudah menciptakan gue dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, memberikan tugas di dunia ini, untuk kebaikan diri sendiri dan
mudah-mudahan masyarakat banyak. Janji, nggak akan gue sia-siakan kesempatan
hidup ini.
Terakhir, Selamat Natal, dear Friends & Families yang
merayakan. Terima kasih untuk teman & keluarga yang memaklumi kondisi ini. Gue yakin, apapun agama elo, hanya satu khan yang elo mau; semoga
damai menyertai seluruh umat manusia di Bumi. Right? :)
salut! pikiran kamu global banget, Arin
BalasHapus:)
dan saya suka bgt postingan ttg choco meltednya haha kebetulan senin depan mo ke lokananta dan kamu berhasil bikin saya pengen pesen menu itu senin nanti :D
Keep writing! aaandd.. God Bless You!
Wow! Thanks buat komentarnya.
BalasHapusHehehe, gimana choco melt-nya?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus