Minggu, 25 Desember 2011

"Ngucapin Selamat Natal itu Dosa"


*This is a sensitive topic. Hopefully, you're open-minded enough to read this. Happy reading!

Seperti Natal sebelumnya, selalu ada saja wacana muncul tentang tidak bolehnya umat Muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat yang merayakan. Sebelumnya gue nggak pernah tau tentang tidak bolehnya umat Muslim mengucapkan selamat sampai akhirnya seorang guru agama SD menyampaikan hal tersebut. Perlu dicatat bahwa guru agama ini adalah satu-satunya guru agama yang paling gue hormati sepanjang perjalanan pendidikan formal gue. Guru agama lainnya hanya mengajarkan doktrin dan masalah teknis tetapi tidak mencerminkannya di kehidupan sehari-hari. Tipikal. Jadi, setelah 11 tahun mengucapkan Selamat Natal kepada beberapa saudara yang menganut Kristen, gue pun terkejut. Mengucapkan Selamat Natal itu dosa. Nggak boleh.
Sebelum gue cerita lebih jauh, gue mau cerita latar belakang keluarga besar gue yang beberapa merayakan Natal. Adalah beberapa tante gue yang menikah dengan seorang Kristen yang menjadikan gue selalu ‘merayakan’ Natal setiap tahunnya (bahkan sehabis nulis ini, gue akan ke rumahnya merayakan Natal). Bahkan gue pernah beberapa tahun tinggal dengan salah satu tante gue dan ikut ngebantuin pasang pohon Natal. Nggak hanya itu, selama 5 tahun gue disekolahkan di sekolah Katholik sehingga gue akrab sekali dengan ritual Natal.
Ketika gue pindah ke SD lain saat kelas 5, inilah fakta yang akhirnya gue ketahui, mengucapkan Selamat Natal itu dosa. Terus gue musti gimana dong? Gimana kalo ada temen gue yang Natalan? Gimana dengan sodara-sodara gue? Masa’ gue nggak dateng ke Natalan mereka? Untungnya mereka paham dengan ‘kondisi’ gue yang dosa mengucapkan selamat Natal. Selama bertahun-tahun, gue harus menghadapi fakta bahwa berdosa mengucapkan Selamat Natal. Di satu sisi, sebagai ABG yang tumbuh dengan kondisi keluarga gue dan doktrinasi seperti ini, gue bingung & resah luar biasa. Ada yang salah nggak sih? Kalo emang harus begitu, seharusnya tidak meresahkan dan membingungkan. Seharusnya keyakinan tidak meresahkan, tetapi mendamaikan hati. Ini tidak. Gue resah.
Di satu sisi, gue merasa ‘nggak terima’ dengan doktrin ini karena nggak ada yang salah dengan hanya mengucapkan. Ini khan bagian dari silahturahmi yang harus dijaga. Menjalin silahturahmi adalah salah satu nilai Islam tapi di sisi lain mengetahui ini adalah ‘dosa’ sangat mengusik batin gue. Honestly, ‘till now. Belum lagi ada aja beberapa kenalan atau temen yang terus ‘mengingatkan’ soal ‘dosa’ ini di status FB atau Twitter mereka. Salah satunya, “Toleransi boleh, tapi jangan sampai meninggalkan akidah. Dengan dalil toleransi, dia meninggalkan akidahnya. Banyak yang ga tau ilmunya.” Yep, dan statusnya di-“like” beberapa orang dalam hitungan menit. Well, kurang paham apa maksud dari 'ilmu' di sini, hanya gue menekankan, kalo mencoba membuat pernyataan, harusnya jangan setengah-setengah, ibaratnya macam #nomention. Belon lagi isi ceramah shalat Jum’at minggu ini yang isinya, “Boleh menolong non-muslim yang kesulitan, tapi ketika natalan, jangan mengucapkan selamat natal.” Yep, pas shalat Jum’at, di mana corong mesjid yang nyaringnya tak terbantahkan, di dengar oleh seluruh orang kompleks yang jelas-jelas banyak orang non-muslim tinggal di kompleks gue.
Untuk jelasnya, mungkin yang dia maksud ilmu di sini adalah alasan kenapa Muslim dilarang mengucapkan Selamat Natal. Begini loh, jadi yang gue tahu adalah perayaan Natal itu khan untuk memperingati hari lahirnya Tuhan Yesus, Tuhan umat Kristen. Nah, kalo orang Muslim mengucapkan Selamat Natal, itu artinya sebagai Muslim, gue mengamini kelahiran Tuhan Yesus. Artinya gue sebagai Muslim menyekutukan Tuhan gue, Allah SWT, yang artinya lagi itu dosa tertinggi dari semua dosa yang mungkin dilakukan orang Muslim: menyekutukan Allah SWT. Ini dosa besar sekali! Oke, mengimani Tuhan selain Allah SWT itu emang dosa besar tapi apakah dengan mengucapkan Selamat Natal terus gue jadi mengamini adanya Tuhan selain Allah SWT? Please, sebelum emosi, hold that thought. Thanks. (gue yakin temen-temen Muslim pada kebakaran jenggot baca tulisan gue :p)
Yang mau gue sampaikan di sini bukanlah beradu argumen tentang apakah ini dosa atau bisa dinegosiasikan lagi. Nope. Not at all. Mengingat kita tinggal di Republik Indonesia yang mengakui setidaknya 5 keyakinan, bukankah sudah sepatutnya gue juga punya hak untuk menyampaikan pendapat gue soal ini? Gue nggak masalah sejuta umat Muslim bilang gue pendosa dengan mengucapkan Selamat Natal ke seluruh teman dan keluarga gue yang merayakan, tapi jangan paksa gue untuk mengubah keyakinan gue bahwa hanya dengan mengucapkan Selamat Natal artinya gue menyekutukan Tuhan gue, Allah SWT. Iman gue enggak sedangkal itu.
Iman. Itu milik hati. Gue paling nggak suka jika keyakinan gue diusik, dipertanyakan, diragukan. Stop right there. Keyakinan gue itu adalah urusan gue dengan Tuhan gue. Hubungan paling romantis gue dengan Allah SWT dan nggak seorang pun boleh mengusiknya. Cukup deh kayaknya doktrin yang gue terima seumur hidup gue dari pelajaran di sekolah sampe les ngaji gue soal surga-neraka, pahala-dosa. Apalagi ngeliat banyak banget penyiar agama yang jadi artis nggak karuan. Partai-partai berbasis agama yang jatoh-jatohnya korup juga. Stop right there, Arin. Konteks lo melebar.
Christmas Celebration 2008
Gue ini penuh dosa menurut konteks Islam yang selama ini gue pelajari seumur hidup gue. Gue males shalat, puasa Ramadhan banyak bolong, nggak pernah baca Qur’an, dan terakhir gue mengucapkan Selamat Natal kepada teman-teman & kerabat Kristen gue. Lengkap sudah. Hanya saja, gue berserah sama Allah SWT. Terserah mau dibawa gue ke mana nanti matinya gue, mudah-mudahan mati dalam keadaan baik. Namun syukur paling tinggi gue panjatkan ke Allah SWT karena sudah menciptakan gue dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memberikan tugas di dunia ini, untuk kebaikan diri sendiri dan mudah-mudahan masyarakat banyak. Janji, nggak akan gue sia-siakan kesempatan hidup ini.
Terakhir, Selamat Natal, dear Friends & Families yang merayakan. Terima kasih untuk teman & keluarga yang memaklumi kondisi ini. Gue yakin, apapun agama elo, hanya satu khan yang elo mau; semoga damai menyertai seluruh umat manusia di Bumi. Right? :)

3 komentar:

  1. salut! pikiran kamu global banget, Arin
    :)
    dan saya suka bgt postingan ttg choco meltednya haha kebetulan senin depan mo ke lokananta dan kamu berhasil bikin saya pengen pesen menu itu senin nanti :D

    Keep writing! aaandd.. God Bless You!

    BalasHapus
  2. Wow! Thanks buat komentarnya.
    Hehehe, gimana choco melt-nya?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus