Saya selalau
tertarik untuk mendatangi tempat baru. Menikmati suasananya, mengagumi ciptaan
Tuhan, menambah pengalaman hidup dan suatu hari nanti saya bisa mengajak suami
dan anak saya untuk merasakan hal yang sama.
Saya selalu iri
dengan orang-orang yang bisa menikmati bepergian. Beberapa teman saya bahkan
bepergian hampir setiap ada long weekend.
Saya masih menyimpan cita-cita untuk mengunjungi pantai-pantai indah di dunia
karena saya suka pantai. Tentu saja saya iri dengan Pandji saat dia punya
kesempatan untuk berkeliling Indonesia saat tur stand-up comedy-nya. Apalagi sekarang dia punya kesempatan untuk
tur ke beberapa negara, melakukan pekerjaan yang dia sukai dan didanai oleh
maskapai penerbangan terbaik Indonesia, Garuda Indonesia.
Saya selalu
berencana bepergian atau liburan setidaknya setahun sekali, dua kali kalau
beruntung. Tapi mungkin ada baiknya bepergian atau berlibur secara spontan.
Maksudnya nggak usah lah ditargetkan
macam-macam. Hasilnya, saya berkesempatan untuk terbang ke benua lain dan hanya
sebulan melakukan persiapan. Yang membuat saya semakin semangat adalah ketika
saya hanya bepergian bersama sepupu saya yang masih SMP. Yep, ini adalah
pertama kalinya saya ke luar negeri tanpa orang tua dan membawa sepupu di bawah
umur yang menjadi tanggung jawab saya.
Perjalanan itu
terjadi bulan Juli 2012, tahun di mana saya akhirnya hamil setelah 4 tahun
menikah. Saya baru tahu kalau saya hamil sesudah saya memutuskan untuk
bepergian. Harap-harap cemas kalau-kalau dokter tidak menginzinkan saya terbang
padahal visa sudah di tangan. Tapi dokter akhirnya mengizinkan saya pergi.
Walaupun cemas karena sedang pada trimester pertama di mana saya bisa mual dan
pusing kapan saja. Gimana nanti kalo
di pesawat malah memperburuk kondisi saya?
Perth, Australia
adalah negara tujuan saya berlibur. Alasan mengapa saya memilih ke Perth adalah
karena di sana ada tante saya yang tinggal di sana. Selain itu, saya ingin
merasakan musim dingin di negara sub-tropis walaupun tidak bersalju. Karena
terbatasnya dana, menginap di rumah saudara pasti akan menghemat ongkos tinggal
hehehe.
Tadinya saya
ingin menggunakan maskapai lain namun akhirnya saya memutuskan untuk
menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih
Garuda Indonesia. Pertama, karena saya bisa berangkat di pagi hari (sedangkan
maskapai lain tidak mempunyai pilihan tersebut saat itu). Saya suka berangkat
pagi supaya saya lebih punya banyak waktu di tempat tujuan dan orang yang akan
menjemput saya tidak akan kerepotan menjemput (kalau-kalau saya naik pesawat
dengan jadwal mendarat di tengah malam atau pagi buta). Kedua, saya tahu bahwa
harga tiket yang saya bayar sudah termasuk bagasi dan makan siang. Saya selalu
senang dengan makanan yang disajikan Garuda Indonesia. Pilihannya beragam dan
tidak pernah sama setiap kali saya terbang. Karena saya sempat transit di Bali,
jadi saya dapat 4 kali makan di pesawat PP. Ketiga, di dalam pesawat disediakan
fasilitas televisi dan pilihan acara atau film yang bisa ditonton. Tak hanya
film tetapi juga pilihan musik. Jadi perjalanan selama lebih dari 5 jam tidak
terlalu terasa.
Sesampainya di
Perth, saya disuguhi suhu yang cukup dingin. Karena baru pertama kali datang di
musim dingin, begitu menginjakkan kaki di bandara saya pikir, “Ah, segini mah
nggak dingin lah.” Tapi begitu keluar dari bandara, BRRRR!!!! Tau rasanya kayak apa? Kayak ada AC di luar
ruangan! Kalau tidak salah, suhu saat itu sekitar 23-25 derajat. Buat yang
sudah terbiasa mungkin tidak masalah, tapi buat saya yaa dingin banget!
Begitu keluar
dari bandara, saya terkesan dengan betapa rapinya kota Perth ditata. Rumah-rumah,
fasilitas umum, trotoar, toko-toko. Yang selalu saya suka selepasnya dari
Jakarta adalah jelas tempat lain yang tidak
semacet Jakarta. Sama halnya dengan Perth, saya tidak menemukan kemacetan
sekali pun.
Bepergian
melihat tempat lain membuka mata saya untuk menjadi lebih baik. Jakarta
terhitung kota yang modern dibandingkan kota-kota di Indonesia lainnya. Tetapi jelas
jauh tertinggal dari kota-kota di negara lain. Contoh gampangnya saja masalah
memfasilitasi masyarakat difabel. Salah satu bit Pandji di Mesakke Bangsaku
adalah bahwa pemerintah kita belum memfasilitasi masyarakat difabel. Hampir tidak
mungkin masyarakat difabel di Indonesia bisa bepergian secara independen karena
fasilitas publik tidak mendukung. Di Perth, fasilitas publik mendukung
masyarakat difabelnya untuk bisa bepergian secara mandiri mulai dari trotoar
yang luas, tempat khusus di kereta sampai lift khusus di pertokoan.
Belum lagi keterbukaan
mereka terhadap kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual & Transgender). Saya baru
tahu kalau di sebuah bar atau tempat dengan tanda pelangi itu artinya adalah
bar khusus kaum LGBT. Saya mengetahui setelah saya mengunjungi Perth. Saya bisa
bayangkan apa yang akan terjadi kalau tanda pelangi tersebut di pasang di luar
restoran di Indonesia.
Layanan kereta
listriknya pun juga mempermudah saya bepergian ke beberapa titik di Australia
Barat. Beberapa tempat yang saya kunjungi seperti Fremantle dan Mandurah cukup
di tempuh hanya dalam 1 jam. Tak hanya dengan kereta listrik, kita juga bisa
naik kapal pesiar sambil makan menuju Fremantle. Hanya dengan membayar $25,
kita bisa menikmati pemandangan sekitar Perth selama 45 menit. Sesampai di
Fremantle, jangan lupa untuk mencicipi fish
and chip di pinggir laut. Banyak restoran yang menjual fish and chip serta hidangan laut lainnya. Porsi makanan di sana
cukup besar, jadi yang terbiasa makan dengan porsi berdua bisa sharing.
Fremantle adalah
kota di pinggir pantai. Udaranya akan lebih dingin dibandingkan Perth yang di
tengah kota saat musim dingin. Jadi bawalah pakaian tebal sebanyak mungkin. Selain
makanan lautnya, Fremantle juga melestarikan bangunan-bangunan tuanya.
Sekalipun tua tetapi tidak terlihat usang. Saya juga berkesempatan untuk
mendatangi pasarnya yang di dalam ruang, ber-AC dan bersih. Mereka menjual
makanan, pakaian, suvenir. Berbelanjalah buah-buahan di sana. Selain buahnya
segar dan besar-besar, juga manis dan cukup murah.
Saya juga
menyempatkan diri untuk mengungjungi Perth Zoo. Lagi-lagi saya terkesan dengan transportasi
umumnya. Dari tempat saya tinggal di Riversdale, saya berjalan kaki menuju
stasiun Burswood. Dari sana saya turun di City (tengah kota Perth) dan
meneruskan perjalanan dengan bus menuju pelabuhan kapal ferry. Menyeberangi sungai,
akhirnya saya sampai ke seberang di mana Perth Zoo terletak.
Sesampainya di
kebun binatang, saya perlu membayar $22,50 di hari kerja. Koleksi binatangnya
pun cukup beragam. Saya tidak sempat memutari keseluruhan tempat karena sudah
sore akhirnya saya hanya mengunjungi tempat binatang khas Australia seperti
kangguru dan koala. Kangguru di sana dilepaskan begitu saja, kadang si kangguru
berdiri di jalan setapak. Saya juga sempat mengunjungi kolam berisi pelikan.
Selain itu saya
juga sempat mengunjungi Mandurah. Salah satu area yang dapat ditempuh 1 jam
dengan kereta listrik dari Perth. Di sana saya sempat mencicipi es krim seharga
$ 4.5 lengkap dengan sprinkle-nya. Satu
hal yang ada di benak saya saat itu, “Kenapa nggak nambah soalnya enak banget!”
Hehehehe.
Buat yang suka
belanja, ada mal Belmont Forum di Perth yang bisa dicapai dengan bus. Ada hypermart
yang menjual bermacam-macam coklat dengan beragam ukuran. Juga toko pakaian
Supre yang menjual pakaian jadi dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu
juga bisa ke pusat pertokoan City, di mana banyak toko yang dibuka. Jangan lupa
mampir ke toko suvenirnya untuk oleh-oleh. Mampirlah juga ke toko yang menjual boot musim dingin yang hangat jika
dipakai. Salah satu merk yang terkenal di sana adalah UGGS.
Perth adalah kota
yang bersih dan indah. Ingin sekali kota tempat saya tinggal juga serapi dan
sebersih itu. Ini mimpi tetapi saya rasa masyarakat Indonesia berhak
mendapatkan kualitas hidup yang lebih layak. Mudah-mudahan saja, kalau bukan
saya yang menikmati, maka anak cucu saya yang akan menikmati Indonesia yang
lebih baik.
Mengikuti perjalanan karir Pandji seperti memberikan harapan bahwa tidak hanya saya sendiri saja yang punya mimpi yang tinggi. Bahwa jika kita konsisten dan bekerja keras, bukan tidak mungkin mimpi menjadi kenyataan. Banyak pula bit-bit Pandji di Mesakke Bangsaku yang mengelitik saya. Ingin rasanya lari ke panggung dan tos-an sama Pandji karena banyak hal yang selama ini ada di benak saya namun tidak saya sampaikan karena takut dibilang idealis, disampaikan Pandji dengan cara terbaik: lucu. Belum lagi ketika Pandji mengungkit soal pendidikan di Indonesia, saya langsung tertegun dan merefleksi diri, "Did I do that to my students?" Shoot. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk menjadi guru yang lebih baik. Saat closing speech, saya terharu. Saya tahu persis perjuangannya untuk bisa sampai di sana. Tidak mudah tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Perjalanan ke
Perth adalah salah satu perjalanan favorit saya. Dengan Garuda Indonesia
sebagai maskapainya, saya merasa aman bepergian serta terhibur dengan pilihan
makanan dan hiburannya. Semoga saya diberikan kesempatan untuk terbang lagi
bersama Garuda Indonesia melihat tempat-tempat indah lainnya.